Kresna Tiwikrama

kresna
Suatu ketika Prabu Kresna datang untuk menyampaikan tuntutan para Pandawa akan haknya atas sebagian kerajaan Astina yang dikuasai Kurawa. Sudah beberapa lama Astina memang dikuasai Kurawa lewat permainan dadu. Di luar dugaan, ternyata kedatangan Kresna ini mendapat sambutan yang meriah dan formal dari para petinggi Astina.


Dalam pertemuan tersebut para sesepuh Kurawa yang terdiri dari Dewi Gandari, Destarasta, Resi Bisma, dan Pandita Durna menyatakan dukungannya atas maksud yang disampaikan Kresna. Kresna yang datang dengan ditemani oleh dewa-dewa Kahyangan seperti Janaka, Ramaparasu, Kanwa, dan Narada, mendapat perlakuan yang menyenangkan.


Prabu Suyudana yang juga hadir di tempat itu dan hanya terdiam mendengar sabda Kresna, terlihat menyimak semua nasehat para sesepuh istana. Namun setelah menerima isyarat dari Karna, Suyudana pamit meninggalkan acara pertemuan.


Di luar dugaan Kresna, kepergian Prabu Suyudana itu ternyata dilakukan untuk menyiapkan bala tentara Astina agar bisa menyerbu bala tentara Dwarawati yang turut datang mengiringi kedatangan Kresna. Pasukan Astina yang diam-diam mengepung pasukan Dwarawati tersebut ternyata dapat diketahui oleh Setyaki. Dengan cepat Setyaki pun melapor pada Kresna.

Demi mendengar kabar penyerbuan itu, Kresna pun menjadi marah. Dengan tergesa-gesa ia segera mohon pamit dari ruang pertemuan, langsung menuju alun-alun istana dan bersemadi di sana. Kresna yang sangat murka melakukan tiwikrama. Segera setelah itu tubuhnya berubah menjadi raksasa sebesar gunung, suaranya menggelegar dan sekujur tubuhnya mengeluarkan lidah api. Seketika itu bumi berguncang dan lautan mendidih. Semua senjata sakti yang pernah diciptakan di bumi ada dalam genggamannya. Kresna membuktikan dirinya sebagai titisan Dewa Wisnu.

Demi menyaksikan kemampuan Kresna yang bukan hanya dapat menghancurkan Kerajaan Astina tetapi juga seisi jagad raya, maka para dewa turun ke bumi. Mereka meminta Kresna untuk tidak membuat pralaya, tetapi membiarkan persoalan ini diselesaikan sendiri oleh Pandawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar