kerajaan milik raja harun |
“Pengawal! Siapa orang itu?" Tanya Raja.
"Dia Abu Nawas," jawab seorang pengawal.
"Coba panggil ke sini. Usahakan jangan terlihat orang, dan jangan berlaku kasar padanya,” perintah Raja Harun.
"Baiklah."
Tidak butuh waktu lama untuk menghadirkan Abu Nawas ke hadapan Raja Harun Al Rasyid. Ia pun langsung diperkenankan duduk di hadapan Raja.
"Salam bagimu wahai Abu Nawas," sapa Raja Harun Al Rasyid.
"Salam kembali wahai Amirul Mukminin," jawab Abu Nawas.
"Tahukah kamu, kami merindukanmu," kata Raja Harun.
"Ya, tetapi aku tidak merindukan Anda," jawab Abu Nawas. Jawaban ini seperti sebuah tamparan
hingga beberapa pengawal berinisiatif mendekati Abu Nawas untuk menangkapnya. Akan tetapi niat tersebut dicegah oleh Raja Harun Al Rasyid.
"Ketahuilah Abu Nawas, aku merindukan kecerdasanmu, jadi berikanlah sebuah nasihat," pinta Raja.
"Dengan apa aku menasihatimu, sedangkan istana sudah jadi kuburan untuk semua nasihat," kata Abu Nawas.
"Baiklah, itu nasihatmu yang pertama.sekarang berikan lagi nasihat lainnya, jangan terlalu pelit.”
"Barang siapa dikarunai oleh Allah SWT dengan harta dan ketampanan, kemudian ia menjaga kehormatan dan ketampanannya serta memberikan bantuan dengan hartanya, sungguh namanya tertulis dalam daftar orang-orang yang shaleh," kata Abu Nawas.
Karena Abu Nawas akhirnya memberikan nasihat yang diminta, Raja Harun Al Rasyid mengira Abu Nawas menginginkan sesuatu darinya.
"Biar aku perintahkan pengawalku untuk membayar hutang-hutangmu," kata Raja.
"Tidak perlu. Kembalikan saja harta itu kepada yang berhak, serta bayarlah hutangmu sendiri," kata Abu Nawas.
Karena tak mau menyerah, Raja Harun pun mempersiapkan hadiah khusus untuk Abu Nawas. “Hadiah untukmu telah aku siapkan,” bisiknya.
"Wahai Amirul Mukminin, jangan pernah berfikir bahwa Allah hanya memberikan karunia kepada Anda dan melupakanku," kata Abu Nawas sambil segera pergi dari hadapan raja. Sejak saat itu Raja Harun Al Rasyid banyak merenung untuk mengevaluasi dirinya sendiri.
"Baiklah."
Tidak butuh waktu lama untuk menghadirkan Abu Nawas ke hadapan Raja Harun Al Rasyid. Ia pun langsung diperkenankan duduk di hadapan Raja.
"Salam bagimu wahai Abu Nawas," sapa Raja Harun Al Rasyid.
"Salam kembali wahai Amirul Mukminin," jawab Abu Nawas.
"Tahukah kamu, kami merindukanmu," kata Raja Harun.
"Ya, tetapi aku tidak merindukan Anda," jawab Abu Nawas. Jawaban ini seperti sebuah tamparan
hingga beberapa pengawal berinisiatif mendekati Abu Nawas untuk menangkapnya. Akan tetapi niat tersebut dicegah oleh Raja Harun Al Rasyid.
"Ketahuilah Abu Nawas, aku merindukan kecerdasanmu, jadi berikanlah sebuah nasihat," pinta Raja.
"Dengan apa aku menasihatimu, sedangkan istana sudah jadi kuburan untuk semua nasihat," kata Abu Nawas.
"Baiklah, itu nasihatmu yang pertama.sekarang berikan lagi nasihat lainnya, jangan terlalu pelit.”
"Barang siapa dikarunai oleh Allah SWT dengan harta dan ketampanan, kemudian ia menjaga kehormatan dan ketampanannya serta memberikan bantuan dengan hartanya, sungguh namanya tertulis dalam daftar orang-orang yang shaleh," kata Abu Nawas.
Karena Abu Nawas akhirnya memberikan nasihat yang diminta, Raja Harun Al Rasyid mengira Abu Nawas menginginkan sesuatu darinya.
"Biar aku perintahkan pengawalku untuk membayar hutang-hutangmu," kata Raja.
"Tidak perlu. Kembalikan saja harta itu kepada yang berhak, serta bayarlah hutangmu sendiri," kata Abu Nawas.
Karena tak mau menyerah, Raja Harun pun mempersiapkan hadiah khusus untuk Abu Nawas. “Hadiah untukmu telah aku siapkan,” bisiknya.
"Wahai Amirul Mukminin, jangan pernah berfikir bahwa Allah hanya memberikan karunia kepada Anda dan melupakanku," kata Abu Nawas sambil segera pergi dari hadapan raja. Sejak saat itu Raja Harun Al Rasyid banyak merenung untuk mengevaluasi dirinya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar