lampu wasiat |
Laki-laki penyihir itu menyalakan kayu bakar dan mulai mengucapkan mantera. "Kraak…" tiba-tiba tanah berlubang seperti sumur. Di dalam sumur itu tersedia tangga hingga ke dasar.
“Ayo turun! Ambilkan aku lampu antik di dasar gua itu", seru si penyihir.
"Tidak! Aku takut turun ke sana," jawab Aladdin. Penyihir itu pun mengeluarkan sebuah cincin dan memberikannya pada Aladdin.
"Ini cincin ajaib. Ia akan melindungimu," kata penyihir. Akhirnya Aladdin mulai menuruni tangga dengan takut. Sesampai di dasar sumur ia menemukan pohon-pohon berbuah permata. Setelah permata dan lampu yang ada di sana dibawa, ia kembali menaiki tangga. Tetapi celaka, sesampai di atas, ternyata pintu sumur sudah tertutup.
"Cepat berikan lampunya!" seru penyihir.
"Tidak!” kata Aladdin memberanikan diri “Lampu ini akan kuberikan setelah aku keluar," jawabnya. Setelah berdebat, si penyihir mulai tidak sabar dan akhirnya "Brak!" pintu lubang ditutup oleh si penyihir yang langsung meninggalkan Aladdin terkurung di dalamnya.
Aladdin menjadi sedih. "Aku lapar, Aku ingin bertemu Ibu, Tuhan, tolonglah aku," ucap Aladdin. Aladdin merapatkan kedua tangannya dan mengusap jari-jarinya. Tiba-tiba, udara di sekeliling Aladdin memerah dan asap membubung. Bersamaan dengan itu muncul raksasa.
Tentu saja Aladdin ketakutan. "Maafkan saya Tuan, … Saya telah mengagetkan Tuan. Saya peri cincin, dan siap mengabdi pada Tuan yang memakai cincin.”
"Oh, kau peri cincin,” kata Aladdin setelah sadar apa yang terjadi. “Kalau mengabdi pada tuanmu, sekarang bawalah aku pulang ke rumah."
"Baik Tuan, naiklah kepunggungku agar kita bisa pergi dari sini," ujar peri cincin. Dalam waktu singkat Aladdin sudah sampai di depan rumahnya. "Saya sudah selesai bertugas. Kalau tuan memerlukan, panggillah dengan menggosok cincin."
Aladdin pun menceritakan pengalaman ini pada ibunya. "Mengapa penyihir itu menginginkan lampu kotor ini ya?" Kata Ibu Aladdin sambil membersihkan lampu itu. "Syut !" Tiba-tiba asap membubung dan muncullah seorang raksasa peri lampu.
"Sebutkan perintah Nyonya, saya akan melaksanakan tugas itu." kata peri lampu. Aladdin yang sudah pernah mengalami hal yang sama segera member perintah.
"Kami lapar. Sekarang juga siapkan makanan yang lezat". Dalam waktu singkat peri lampu berkelebat dan kembali dengan makanan, kemudian menyuguhkannya. "Jika ada yang diinginkan, panggil saya dengan menggosok lampu itu," kata peri lampu.
Hari-hari berlalu, bulan bergulir dan tahun bertambah. Aladdin hidup bahagia bersama ibunya, hingga beranjak jadi pemuda. Suatu hari seorang Putri Raja lewat di depan rumahnya. Ia terpesona dan jatuh cinta. Aladdin pun menceritakan keinginan itu pada ibunya.
" Aladdin, tunggulah, ibu akan mengusahakan keinginanmu." Ibu Aladdin pergi ke istana raja dengan membawa permata yang pernah diperoleh Aladdin.
"Baginda, saya datang membawa hadiah dari anak laki-laki hamba." Raja amat senang. "Wah, ... anakmu pasti seorang pangeran yang tampan. Ijinkan aku datang ke Istana kalian bersama putriku".
Setiba di rumah, Ibu segera menggosok lampu dan meminta peri mendirikan istana. Aladdin dan ibunya menunggu di atas bukit. Tak lama kemudian peri lampu terbang dengan membawa Istana megah.
"Tuan, ini Istana Anda." Keesokannya Raja pun benar-benar dating bersama putrinya.
"Maukah engkau menjadikan anakku sebagai istrimu?" tanya Raja setengah meminta. Aladdin sangat gembira mendengarnya. Mereka pun melaksanakan pernikahan.
Sementara itu nun jauh di tempat lain, si penyihir menyaksikan semua kejadian yang dialami Aladdin melalui bola kristal. Ia pun pergi ke tempat Aladdin dengan berpura-pura menjadi penjual lampu.
“Barter-barter!! Tukarkan lampu lama anda dengan lampu model baru!" Permaisuri yang melihat lampu usang Aladdin segera keluar dan menukarkannya dengan lampu baru. Segera si penyihir menggosok lampu dan memerintah peri lampu memboyong istana serta isinya ke rumah penyihir. Ketika pulang Aladdin sangat terkejut. Ia puyn memanggil peri cincin dan bertanya padanya. "Kalau begitu, kembalikan lagi semuanya kepadaku," seru Aladdin. "Maaf Tuan, tenaga saya tidak sebesar peri lampu," ujar peri cincin. "Kalau begitu biarkan aku yang mengambilnya. Sekarang antarkan aku ke sana."
Saat itu juga mereka sampai di Istana. Aladdin menyelinap masuk mencari kamar sang Putri. "Penyihir itu tidur karena kebanyakan minum bir," ujar sang Putri. "Baik! Aku akan mengambil lampu ajaib itu agar kita bisa akan menang," jawab Aladdin. Aladdin mengendap-endap mendekati penyihir yang tertidur. Lampu yang dipegangi penyihir menyembul dari kantungnya. Aladdin pun mengambilnya dan segera menggosok.
"Singkirkan penyihir itu!" seru Aladdin. Saat terbangun penyihir itu mencoba menyerang tapi peri lampu langsung membantingnya hingga tewas. "Terima kasih peri lampu, bawalah kami dan Istana ini ke Persia." Mereka pun hidup bahagia, sejahtera selama-lamanya.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusYe
BalasHapus