Utsman Bin Affan
Tahun pertama kekhalifahan Utsman bin Affan (th 24 H) ditandai penaklukan negeri Rayyi dan berjangkitnya demam berdarah. Tahun 25 H Utsman bin Affan memecat Sa'ad bin Abi Waqqash dari jabatan gubernur Kufah, menggantinya dengan Walid bin Uqbah bin Abi Mu'ith, seorang shahabi saudara seibu Utsman bin Affan. Inilah sebab Utsman dituduh nepotisme.
Tahun 26 H Utsman bin Affan melakukan perluasan Masjidil Haram, tahun 29 negeri-negeri lain berhasil ditaklukkan dan Masjidil Haram dilengkapi batu berukir dengan tiang batu dan atap kayu. Negeri-negeri Khurasan ditaklukkan tahun 30 H hingga terkumpul infaq dan harta.
Utsman bin Affan mengangkat kerabatnya menduduki jabatan, sejumlah sahabat dipecat diganti kerabat. Orang Yahudi (Abdullah bin Saba') membangkitkan fitnah,
penduduk Kufah memberontak dan mengirim utusan guna menggugat. Berkumpullah Mu'awiyah bin Abu Sufyan (pemimpin Syam), Amr ibnul Ash (pemimpin Mesir), Abduliah bin Sa'ad bin Abi Sarh (pemimpin Maghrib), Sa'id ibnul Ash (pemimpin Kufah), dan Abdullah bin Amir (pemimpin Bashrah). Dihimpunlah pendapat, dan diputuskan untuk tidak mengganti gubernur. Utsman memerintahkan memberi harta pada pembangkang dan mengirim mereka ke medan perang.
penduduk Kufah memberontak dan mengirim utusan guna menggugat. Berkumpullah Mu'awiyah bin Abu Sufyan (pemimpin Syam), Amr ibnul Ash (pemimpin Mesir), Abduliah bin Sa'ad bin Abi Sarh (pemimpin Maghrib), Sa'id ibnul Ash (pemimpin Kufah), dan Abdullah bin Amir (pemimpin Bashrah). Dihimpunlah pendapat, dan diputuskan untuk tidak mengganti gubernur. Utsman memerintahkan memberi harta pada pembangkang dan mengirim mereka ke medan perang.
Di Mesir muncul kelompok penentang Utsman bin Affan karena termakan fitnah Abdullah bin Saba'. Enam ratus orang berangkat ke Madinah berkedok umrah namun tujuan utamanya menyebar fitnah. Tatkala mendekat Ali bin Abu Thalib diutus menemui. Mereka mengagungkan Ali bin Abu Thalib dengan karena telah dimainkan akalnya oleh Abdullah bin Saba'. Setelah Ali bin Abu Thalib membantah, mereka kembali dengan kegagalan.
Ali bin Abu Thalib melaporkan kepulangan mereka dan mengusulkan agar Utsman bin Affan menyampaikan pidato minta maaf. Usulan ini diterima, Utsman pidato dan mohon ampun pada Allah. Ia juga berjanji memecat Marwan dan kerabat, namun Marwan bin Hakam protes. Marwan bicara pada khalayak menuduhnya merebut kerajaan. Ali bin Abu Thalib ganti marah dan meninggalkan Utsman.
Saat penduduk Mesir mengadukan Ibnu Abi Sarh, Utsman bin Affan menulis surat peringatan. Akibatnya tindakan keras diambil terhadap orang yang mengadu. Ali bin Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidillah dan Aisyah mengusulkan agar Ibnu Abi Sarh diganti Muhammad bin Abu Bakar. Maka dibuatlah surat keputusan. Ketika surat dibawa ke Mesir mereka bertemu utusan yang membawa sebuah surat. Di hadapan para sahabat Anshar dan Muhajirin, Muhammad bin Abu Bakar membuka surat yang berisi perintah, "Jika Muhammad beserta si fulan dan si fulan datang padamu, bunuhlah dan batalkan suratnya. Lakukan terus tugasmu, akan kutahan orang yang mengadukanmu.”
Para sahabat pun kembali ke Madinah, mengumpulkan tokoh dan memberitahukan ihwal surat. Penduduk Madinah gempar dan benci terhadap Utsman bin Affan. Maka Ali bin Abu Thalib memanggil Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abu Waqqash, dan Ammar. Mereka membawa surat, pembantu, dan unta menemui Utsman bin Affan.
"Apakah pemuda ini pembantumu Utsman?" "Ya."
"Apakah ini untamu?" "Ya."
"Apakah kamu menulis surat ini?" "Tidak." Utsman bin Affan bersumpah dengan nama Allah.
"Apakah stempel ini, stempel-mu?" "Ya."
"Bagaimana pembantumu keluar menunggang untamu, membawa surat yang distempel, sedang engkau tidak mengetahuinya?" Utsman bin Affan bersumpah dengan nama Allah tidak menulis surat, tidak memerintah, dan tidak mengutus. Mereka memeriksa tulisan dan diketahui surat ditulis Marwan. Mereka minta agar Marwan diserahkan, tapi Utsman menolak. Berita tersebut tersiar dan seluruh Madinah mengepung rumah Utsman bin Affan, tidak ada air diberikan padanya.
Saat Ali bin Abu Thalib mendengar desas-desus ada orang yang ingin membunuh Utsman bin Affan, "Yang kita inginkan adalah Marwan, bukan Utsman bin Affan," kata Ali bin Abu Thalib. Ia pun memerintah anak-anaknya membawa pedang untuk menjaga pintu rumah Utsman untuk mencegah penyerbuan. Kepungan makin ketat dan ada yang masuk melalui atap. Khalifah Utsman bin Affan terbunuh, dan Ali bin Abu Thalib marah pada putranya.
"Bagaimana Amirul Mukminin bisa dibunuh, sedangkan kalian berdiri menjaga pintu?" Ali bin Abu Thalib menampar Hasan dan memukul dada Husain serta mengecam Muhammad bin Thalhah dan Abdullah bin Zubair. Pembunuhan Utsman bin Affan menjadi pintu dari mata rantai fitnah yang terus membentang tanpa akhir. Utsman bin Affan menjabat khalifah selama dua belas tahun, tidak ada celah untuk mendendam, beliau lebih dicintai Quraisy ketimbang Umar bin Khattab karena lemah lembut.
Keistimewaan Utsman bin Affan ada pada ibanyaknya penaklukan dan perluasan, menyeragamkan bacaan dan tulisan al-Qur'an serta memperluas Masjid Nabawi. Tidak rusak kemuliaan Utsman bin Affan walau mengangkat Abdullah bin Sa'id bin Abi Sarh.
Kebijakan Utsman mengangkat pejabat dari kerabat merupakan ijtihad pribadi, tidak akan menggantikan kedudukannya yang mulia di sisi Rasulullah saw. Munculnya fitnah dari Abdullah bin Saba' yang Yahudi Yaman, berhasil menghasut orang untuk membangkang pada Utsman dan mencintai Ali bin Abu Thalib. Abdullah bin Saba' meyakinkan, Muhammad saw lebih baik dari Isa as hingga Muhammad saw lebih berhak kembali kepada manusia daripada Isa as. Muhammad saw akan kembali dalam diri anak pamannya, Ali bin Abu Thalib, yang merupakan orang terdekat kepadanya. Dari sinilah lahir dua kubu Sunni dan Syi'I sebagai buah tangan Abdullah bin Saba'.
Ali bin Abu Thalib merupakan pendukung Utsman bin Affan yang terbaik selama khilafahnya, di samping merupakan pembela terbaiknya tatkala menghadapi cobaan. Ia tegas dan keras dalam memberikan nasihat karena cinta dan ghirah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar