Gatutkaca |
Saat seluruh putra Pandawa bersama Batara Kresna dan punakawan berkumpul, terdengarlah tangisan bayi wayang. Putra mahkota laki-laki telah lahir dengan sehat.
Dewi Arimbi terlihat senang menyambut Bima diiringi seluruh saudara. Tak jauh darinya tergolek bayi wayang laki-laki gagah layaknya ksatria trah dewa. Ari-arinya belum diputus, dan ternyata tak ada satu senjatapun yang berhasil memotongnya.
Bima sangat gusar dan minta tolong saudara-saudaranya memotong tali ari-ari Jabang Tutuka.
Bima memotong dengan kuku pancanaka dan gagal, Arjuna menggunakan keris Pancaroba, keris Kalandah, panah Sarotama bahkan panah Pasopati, semuanya gagal. Sri Batara Kresna mencobakan Cakra Udaksana dan hanya menghasilkan percikan api. Semuanya terbengong-bengong namun takjub. Dewi Arimbi menangis dirundung khawatir.
Tanpa diketahui, Begawan Abiyasa -kakek para Pandawa atau buyut Jabang Tutuka- telah hadir. Semua memberikan sembah sungkem. Begawan mengatakan, tali ari-ari itu hanya bisa dipotong dengan senjata kadewatan milik Batara Guru. Maka Arjuna pun ditugasi pergi ke Kahyangan.
Sementara itu Kahyangan sedang gonjang-ganjing karena serangan Naga Percona. Ia ingin memperistri wayang bidadari bernama Dewi Supraba. Naga Percona adalah raja sakti mumpuni di atas para dewa. Maka dewa-dewa pun kalang kabut. Serangan petir Batara Indra tak ubahnya lemparan daun kering, kobaran api Batara Brahma hanya mainan. Badai Batara Bayu tak membuatnya mundur, Cakra Udaksana dari Batara Wisnu tidak mencenderainya. Para dewa dipukul mundur dengan babak-belur.
Batara Guru merapal mantra dan melihat Kaca Trenggana. Ternyata yang bisa mengalahkan Naga Percona hanya Jabang Tutuka. Maka diperintahnnya Batara Narada memberikan senjata Konta Wijayadanu kepada Arjuna. Dengannya akan dipotong ari-ari Jabang Tutuka, tapi bayi tersebut harus mengahadapi Naga Percona.
Sementara itu Karna sedang bertapa di tepi Sungai Gangga mencari senjata sakti. Batara Narada mendekati dan menyangkanya sebagai Arjuna. Rupanya Batara Surya --ayah Karna-- sengaja mengeluarkan sinar berkilauan sehingga Batara Narada tak jelas melihatnya sampai diserahi senjata.
Karna, setelah mendapatkan senjata sakti kadewatan sangat gembira dan langsung berlari tanpa ucapan terimakasih. Batara Narada tersadar bahwa dia telah salah wayang. Tak lama kemudian Arjuna datang. Dengan sedih Batara Narada bercerita bahwa dirinya telah salah wayang.
Semar menyalahkan Batara Narada karena gegabah menyerahkan senjata sakti pada wayang asing. Arjuna pun dimintanya mengejar. Arjuna berhasil menyusul Aradeya.
Awalnya senjata tersebut diminta baik-baik untuk memotong tali ari-ari keponakannya. Karna tidak menggubrisnya sampai terjadilah perang-tanding. Suatu ketika Arjuna berhasil memegang sarung senjata tersebut, sedangkan Karna memegang gagangnya. Mereka saling tarik dan akhirnya terjerembab. Karna berlari Arjuna kehilangan jejak. Dengan sedih Arjuna menunjukkan warangka senjata Konta kepada Semar. Mereka pun kembali ke Pringgandani, Batara Narada pulang ke Kahyangan.
Dengan warangka dipotonglah tali ari-ari Jabang Tutuka. Ajaib, bersama putusnya tali ari-ari, warangka masuk ke udel Jabang Tutuka. Menurut Semar, sudah jadi suratan bahwa senjata itu akan masuk ke warangkanya, Jabang Tutuka akan mati jika menghadapi senjata Konta Wijayadanu.
Arjuna disertai Punakawan segera membawa Jabang Tutuka ke Kahyangan. Di Tegal Ramat Kapanasan Arjuna meletakkan Jabang Tutuka. Naga Percona datang dan meledek Batara Guru karena menyuruhnya bertarung dengan bayi. Saat mengangkat Jabang Tutuka, tak disangka tangannya mengayun dan melukai satu matanya. Naga Percona marah dan membanting Jabang Tutuk hingga mati.
Para Dewa juga Arjuna kaget. Semar dengan cepat berbisik ke Batara Guru untuk menggodok Jabang Tutuka di Kawah Candradimuka. Batara Guru pun memerintah Batara Yamadipati membawa Jabang Tutuka ke Kawah Candradimuka. Para dewa disuruhnya mencampurkan senjata yang dimiliki untuk membentuk tuduh Jabang Tutuka. Terbentuklah tubuh satria gagah dari dalam godogan. Para dewa memberinya pakaian dan perhiasan. Karena mati sebelum waktunya, dia pun dihidupkan kembali oleh Batar Guru.
Selain mendapat anugerah pakaian, perhiasan dan senjata yang membentuk tubuhnya, Jabang Tutuka juga memperoleh beberapa nama dari para dewa. Krincing Wesi, Kaca Negara, Purabaya, Kancing Jaya, Arimbi Suta, Bima Putra dan Gatotkaca. Dengan tampilan baru inilah Jabang Tutuka bertempur kembali melawan Naga Percona. Dirobeknya mulut dan tubuh Naga Percona jadi dua bagian. Itulah awal kepahlawanan Gatotkaca sang putra Bima.
Ini sejarah nyata bukan rekayasa, sejarah ini di buat jadi rekayasa oleh orang orang pemuka pemuka agama baru yg berpolitik menutupi kebenaran yg lain.
BalasHapussejarah dari hongkong, yang ada dongeng dari india yang diadaptasi, dongeng yang dijadikan kepercayaan, kepercayaan terhadap dewa-dewa merusak dasar Ketuhanan yang Maha Esa.
BalasHapusha..ha...sejarah dari hongkong....
BalasHapus