Susu jadi Melimpah


onta di padang pasir
Halimah Sa’diyah, seorang perempuan Arab Quraisy pencari kerja, pergi ke Makkah bersama suami dan rombongan lainnya. Rombongan ini mendatangi kota untuk mendapatkan upah dengan cara menyusui bayi. Cara seperti ini lazim dilakukan di Arab pada waktu itu sebagai mata pencaharian. 

Berbeda dengan rombongan lain, Halimah Sa’diyah yang mengendarai keledai dan suaminya yang mengendarai onta tertinggal di belakang karena binatang mereka lemah tak sigap berlari.

Di Makkah, sementara perempuan-perempuan lain sudah mendapatkan bayi, Halimah Sa’diyah dan suaminya baru saja sampai. Mereka yang lebih dulu tiba tentu saja memilih bayi-bayi dari keluarga kaya yang mampu memberikan upah besar. Sedangkan Halimah Sa’diyah, setelah mencoba mencari-cari bayi dari keluarga kaya akhirnya terpaksa menerima bayi yatim dari ibu Aminah. 



Bayi ini sebelumnya sudah ditolak perempuan-prempuan lain termasuk Halimah Sa’diyah. Ibu Aminah tergolong tidak mampu, bayinya yatim, hingga upah menyusui darinya pasti tidak akan besar. Namu karena tak mau pulang tanpa hasil, Halimah Sa’diyah terpaksa menerima bayi Muhammad.
 

Keajaiban muncul saat Halimah Sa’diyah menyusui bayinya sendiri. Ia terkejut mendapati susunya begitu melimpah hingga bayinya bisa menyusu sampai kenyang. Sampai saat giliran bayi Muhammad disusui, kantung susu Halimah Sa’diyah tetap memberikan susu yang berlimpah.

Sebelum keheranan Halimah Sa’diyah habis, suaminya datang memberitahukan hal ajaib yang dialaminya. Dia keheranan mendapati kantung susu ontanya begitu besar, padahal onta tua itu sudah hampir tak bersusu saat berangkat. Dengan serta merta Halimah Sa’diyah turun dari keledainya dan memerah susu onta itu untuk diminum.


“Rupanya anak yatim ini membawa keajiban. Berkah yang besar langsung kita dapatkan setelah mengasuh anak ini,” kata suami Halimah Sa’diyah. Maka mereka pun segera melanjutkan perjalanan meninggalkan Makkah, menyusul rombongan yang telah lebih dulu berangkat kembali ke desa. 


Berbeda dengan perjalanan menuju Makkah, kali ini keledai maupun onta mereka seperti binatang muda yang sigap. Binatang yang tadiinya lemah ini mampu berjalan cepat seolah berlari, hingga mereka berhasil menyusul rombongan yang ada di depan.
 

“Halimah! Apa yang terjadi padamu? Keledaimu sekarang mampu berlari dan melewati gurun pasir dengan cepat. Bukankah tadi ia sudah hampir mati?” tanya rekan serombongan. Tentu saja pertanyaan itu tak dapat dijawab Halimah Sa’diyah.

Keajaiban di keluarga Halimah Sa’diyah tak terjadi ketika di Makkah saja. Sesampai di kampungnya, kehidupan Halimah Sa’diyah juga berubah. Keluarga itu senantiasa diliputi suasana gembira, tiada duka yang merundung dan kedamaian pun melingkupi. 


Keluarga itu jadi mudah mendapatkan makanan semenjak bayi Muhammad ada di tengahnya. Domba yang mereka pelihara jadi gemuk, air susunya kian melimpah walaupun rumput yang mereka makan tidak ditambah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar