Asal Usul Nama Surabaya

Dahulu sekali perkelahian antar binatang besar sering terjadi karena berebut mangsa atau berebut lahan kekuasaan. Dan perkelahian paling dahsyat antar binatang yang pernah ada, terjadi antara Ikan Hiu Sura melawan Buaya.

Kedua binatang ini dikenal sebagai binatang terkuat, hingga adu jotos pun tak cukup terjadi sekali dua kali. Perkelahian yang terjadi sedahsyat-dahsyatnya sering diwarnai adu kecerdikan, adu keganasan dan adu kecepatan. Perkelahian tanpa pemenang itu berulang kali terjadi dan sering berlangsung selama beberapa hari.

Sura Baya

Setelah bertarung berkali-kali dan tetap tak bisa saling mengalahkan, Hiu Sura dan Buaya itu pun mengadakan kesepakatan.

"Aku bosan berkelahi denganmu, Buaya," kata Hiu Sura.

"Apalagi aku! Aku mau kita segera menentukan, bagaimana caranya agar kita tak perlu lagi bertarung di waktu-waktu mendatang," jawab Buaya.

Hiu Sura yang sudah punya rencana segera menyampaikan usulannya, "Baiknya kita membagi lahan kekuasaan saja. Aku berkuasa di daerahku, di dalam air, dan seluruh air menjadi tempatku mencari mangsa.” Ujar Hiu Sura. Buaya diam menunggu penjelasan Hiu Sura tentang lahan bagiannya.

“Nanti kamu berkuasa di daratan. Mangsamu semua yang bisa kau kalahkan di daratan. Dan batas lahan kekuasaanku, yaitu garis yang bisa dicapai oleh air laut pada waktu pasang."

Buaya diam sesaat, memikirkan usulan Hiu Sura dan … "Baik, aku setuju idemu itu," kata Buaya.

Sejak saat itu Hiu Sura dan Buaya pun hidup damai. Mereka saling menghormati wilayah kekuasaan masing-masing dan tidak saling menjarah hingga sama-sama hidup tenang.

Namun kedamaian itu rupanya ada batasnya. Hiu Sura, entah karena alasan apa, diam-diam mencari mangsa di sungai. Ia sembunyi-sembunyi melakukannya tanpa sepengetahuan Buaya. Saat kelakuannya tidak ketahuan, Hiu Sura mengulanginya lagi di lain hari. Tapi yang namanya, kecurangan, lama-lama kepergok juga. Sudah barang tentu Buaya sangat marah.

"Sura!! mengapa kau langgar aturan yang telah kau buat sendiri? Mengapa kamu memasuki sungai yang jadi lahanku?"

Hiu Sura, karena terlanjur ketahuan, diam dan tenang-tenang saja. "Aturan mana yang kulanggar? Bukankah sungai ini berair, dan bukankah aku menguasai seluruh perairan?”

"Tidak bisa begitu! Sungai kan ada di darat?! Lahan kekuasaanmu lautan, Sungai ini daerah kuasaku!" Jawab Buaya ngotot.

"Kamu salah!!” jawab Hiu Sura.“Aku tidak bilang kalau lahan kekuasaanku hanya air laut.”

"Kamu cari gara-gara ya?!" Buaya mulai tak sabar.

"Bukan, bukan begitu!! Aku heran kamu salah memahami aturan yang kita sepakati dulu,” kitah Sura.

"Kamu curang dan berusaha ngakali aku. Aku tidak bodoh Sura!" kata Buaya tak bisa menyembunyikan marahnya.

"Kau mungkin bodoh, tapi bukan itu masalahnya. Yang jelas kita sudah sepakat, wilayah air jadi kekuasaanku, dan daratan itu kekuasanmu!" Sura bertahan.

Ketika perbedaan pendapat kian memanas, dan Buaya merangsek maju, kedua binatang itu pun terlibat baku pukul. Buaya memukulkan ekornya, Hiu Sura melompat menghindar dan menyodok Buaya dengan moncongnya. Pertempuran sengit pun terjadi seperti dulu lagi.

Setelah lama tak bertarung, perkelahian kali ini semakin dahsyat. Keduanya menyodok, menerjang dan menerkam, saling menggigit dan memukul. Dan sesaat kemudian arena pertempuran itu pun berubah memerah karena darah, namun mereka terus bertarung tanpa henti.

Apes mendera Buaya ketika gigitan Hiu Sura di pangkal ekornya membuat luka menganga. Buaya yang tak ingin kalah membalas gigitan itu dengan terkaman di ekor Hiu Sura.

Hiu Sura yang merasa terancam nyawanya, melarikan diri dari sungai dan berenang ke lautan meninggalkan musuhnya. Buaya meloncat puas dapat mempertahankan daerahnya, Hiu membalas melompat di atas lautan memamerkan keperkasaannya.

Pertarungan Hiu Sura melawan Buaya ini rupanya begitu berkesan. Masyarakat pun menamakan tempat perkelahian itu dengan nama  Sura Baya.