Si Pitung


si pitung
Saat penjajah Belanda berkuasa, di daerah Betawi hidup seorang pria gagah bernama Si Pitung. Dia lahir dari pasangan suami istri Pak Piun dan Bu Pinah, orang yang sehari-harinya bekerja sebagai petani. Si Pitung tergolong rajin, setiap hari selalu membantu bapaknya bekerja di sawah, mulai dari menanam padi, memetik kelapa, dan mencari pakan ternak juga mengumpulkan kayu bakar untuk memasak. Si Pitung juga tak segan membantu tetangganya yang memerlukan bantuan, selain rajin menunaikan sholat dan puasa, bapaknya pun  mengajarkan Pitung bertutur kata yang santun dan patuh pada orang tua.


Suatu ketika Si Pitung menjual kambing di pasar Tanah Abang dan kambingnya dicuri oleh para centeng. Sebagai balasan Pitung mengambil ganti di rumah Haji Saipudin, seorang Tuan Tanah di Marunda
. Si Pitung menyamar sebagai "Demang Mester Cornelis," kemudian menipu dengan memberikan surat kepada Haji Saipudin agar menyimpan uang di tempat Demang Mester Cornelis. Haji Saipudin setuju dan Pitung membawa lari uang tersebut.

Si Pitung dan Kawanannya Dji Ih jadi buronan. Komisaris polisi Tuan Sekotena memburu Si Pitung dengan membabi buta dan dapat menangkapnya walau berhasil kabur lagi. Tuan Sekotena pun menekan Haji Naipin Guru Si Pitung untuk membuka rahasia kesaktian si Pitung.
Pitung kerjanya merampok dan memeras orang kaya, tapi hasilnya dibagikan pada rakyat miskin. Ia cerminan pemberontak sosial Orang Betawi terhadap penguasa Belanda. Tahun 1892 Si Pitung dikenal sebagai One Bitoeng, Pitang, kemudian jadi Si Pitoeng. Ketika schout Tanah Abang mencari rumah One Bitoeng di Sukabumi, hasilnya ditemukan Jas Hitam, Seragam Polisi dan Topi, serta uang sebesar 125 gulden. Diduga sebagai uang curian dari Nyonya De C dan Haji Saipudin seorang Bugis dari Marunda.
Tahun 1892 Pitung dan kawanannya ditangkap polisi. Setelah dipenjara Pitung berhasil melepaskan diri, seterusnya ia makin sulit ditemukan.
Karena mendendam Pitung melakukan pencurian dengan kekerasan, membunuh polisi intel bernama Djeram Latip, dan mencuri wanita pribumi, Mie. Selanjutnya teman Pitung Dji-ih ditangkap kembali di kampungnya ketika sakit. Dji-ih kemudian ditembak mati oleh Pitung di tempat yang jauh dari Batavia. Beberapa bulan kemudian Pitung terlihat di Kampung Bambu. Dalam penyergapan Pitung ditembak dan mati. Si Pitung dapat dibunuh karena telah dipotong rambutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar