Kurma yang Tak Ada Habisnya


kurma siap panen
Jabir bin Abdullah tak tahu harus berbuat apa untuk menghadapi seorang Yahudi yang beberapa hari ini terus mengunjunginya. Yahudi ini menagih hutang pada Jabir sementara Jabir tidak siap membayar hutang itu sekaligus. Jabir pun sebenarnya tidak pernah berhutang pada si Yahudi, tapi ayahnya lah yang telah berhutang. Karena ayah Jabir sudah meninggal, tentu tak salah bila Yahudi pun menagih padanya. 
Jabir kebingungan bukan karena ingin mengingkari kewajiban membayar hutang ayahnya, tapi karena hutang itu ternyata begitu banyak.

Mula-mula Jabir mencoba meminta perpanjangan waktu untuk membayar hutang. Asal tahu saja, hutang kurma yang ditanggung Jabir memang begitu banyak, bahkan tak akan cukup meski dibayar dengan semua panen kurma di kebun Jabir. 
Namun ketika Jabir sanggup menyerahkan semua hasil panen kurma musim ini, dan sisa hutangnya akan dibayar dengan panenan berikutnya, Yahudi itu menolak. Ia menuntut seluruh hutang ayah Jabir dilunasi segera. 
Jabir hampir berbuat kasar kalau saja tidak mengingat ajaran Islam bahwa ia harus menghormati hak-hak kafir dzimmi, yaitu orang kafir yang mempunyai perjanjian dengan islam. Meski terus menyabarkan diri di saat merasa terhina, Jabir tetap tak menemukan cara untuk menundukkan kemauan si Yahudi.
Karena begitu berat beban pikirannya, Jabir pun menghadap Rasulullah untuk mengadukan permasalahannya. 
Maka dipanggillah Jabir bersama si Yahudi menghadap Rasulullah bersama-sama. Setelah mengetahui duduk permasalahan, Rasulullah pun mengusulkan agar Jabir diberi kesempatan membayar hutang dengan angsuran. 
Panen kurma kali ini diserahkan seluruhnya pada Yahudi itu, dan sisa pinjaman akan dilunasi dengan panen kurma berikutnya. Namun meski permintaan ini datang dari Rasulullah, nyatanya si Yahudi tetap bersikeras menuntut agar Jabir melunasi seluruh hutangnya tahun ini juga.
Setelah tawar menawar ini menemui jalan buntu, maka Rasulullah bersama Jabir dan si Yahudi pun pergi ke ladang Jabir. 

Di tempat itu Rasulullah melihat-lihat pohon kurma yang berderet-deret, dan diakuinya bahwa jumlah panen yang ada memang tidak sebanding dengan hutang yang ditanggung Jabir. 
Rasulullah memerintahkan Jabir untuk memanen kurma yang ada, dan Jabir merasa gembira karena mengira akan mendapat pinjaman dari Rasulullah. Dipikirnya, sisa hutang yang masih ada nantinya akan dibantu oleh Rasulullah. 
Maka Jabir pun mulai memetik buah kurma yang ada dan si Yahudi pun mulai menghimpun hasilnya. Hal itu terus-menerus dilakukan oleh Yahudi itu, hingga ia terheran-heran bisa mendapatkan kurma sebanyaky ang dimintanya.
Ketika si Yahudi telah menghimpun kurma dalam jumlah yang banyak, dan ia mengakui hutang Jabir sudah lunas, mereka terheran-heran mendapati tumpukan buah kurma masih melimpah di kebun Jabir. 

Ketika kurma yang dihimpun Yahudi sudah cukup untuk melunasi hutang-hutang Jabir, dan buah kurma yang dipetik masih tersisa, ternyata pohon-pohon kurma di kebun Jabir pun masih menyisakan buah yang sangat banyak.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar