Sunan Bonang alias Syekh Maulana Makhdum Ibrahim

sunan bonang
Nama Sunan Bonang yang sebenarnya adalah Syekh Maulana Makhdum Ibrahim. Ia putra Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila. Dewi Condrowati merupakan anak Adipati Tuban Ario Tejo.
Raden Makhdum Ibrahim mendalami pendidikan agama Islam sampai di Negeri Pasai bersama Raden Paku. Mereka berguru pada Syekh Awwalul Islam (ayah kandung Sunan Giri), selain juga belajar pada ulama dari Arab, Persi, Bagdad, dan Mesir. Sekembalinya dari Pasai Raden Makdum Ibrahim dan Raden Paku kembali ke Gresik. Di sini Raden Paku mendirikan pesantren di Giri hingga terkenal dengan sebutan Sunan Giri. Sementara Raden Makdum Ibrahim atas perintah Sunan Ampel berkonsentrasi dakwah diTuban.
Kepiawaian Raden Makdum Ibrahim memainkan gamelan terbukti mengundang perhatian penduduk Tuban. Saat mereka berkumpul Raden Makdum Ibrahim pun memperdengarkan tembang-tembang pujian untuk berdakwah. Konon lagu Tombo Ati merupakan ciptaan Sunan Bonang.

Tamba ati iku lima sak wernane. Maca Qur’an angen-angen sak maknane. Kaping pindho shalat wengi lakonana. Kaping telu wong kang sholeh kumpulana. Kaping papat kudu weteng ingkang luwe. Kaping lima dzikir wengi ingkang suwe. Salah sawijine sapa bisa ngelakoni, Insya Allah Gusti Allah nyembadani. Makudnya obat hati itu ada lima perkara. (yang pertama) membaca Al-Qur’an dengan (memahami) artinya. Yang kedua mengerjakan shalat malam (tahajjud). Nomor tiga sering berkumpul dengan orang saleh (berilmu). Yang keempat perut harus lapar dengan berpuasa. Yang kelima berlama-lama dzikir (mengingat Allah) di malam hari. Siapa pun yang mampu melakukannya Insya Allah akan dikabulkan Allah.
Santri Sunan Bonang tersebar dari Tuban sampai Pulau Bawean, mulai Jepara hingga Madura. Karena banyak menggunakan gamelan, Sunan Bonang pun banyak mencipta karya sastra yang lazim dinamakan suluk. Karyanya tersimpan di Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda. Berbeda dengan sunan yang lain, Sunan Bonang sudah menuliskan ajarannya menjadi naskah yang cukup lengkap.
Sunan Bonang menggunakan banyak kitab sebagai rujukan pendidikannya antara lain Ihya Ulumuddin dari al-Ghazali, Al-Anthaki dari Dawud al-Anthaki serta kitab-kitab dari Abu Yzid Al-Busthami dan Syekh Abdul Qadir Jaelani.
Sunan Bonang banyak memengaruhi Kesultanan Demak dan ikut mendirikan Masjid Agung Demak. Selain guru, beliau juga dikenal sebagai pemimpin tentara Demak. Beliau pun dikenal bijaksana serta adil dalam “persidangan” pengadilan. Dalam pengadilan atas Syekh Siti Jenar di Masjid Agung Kasepuhan Cirebon (ada pendapat yang menyebutkan sidang diadakan di Masjid Agung Demak) Sunan Bonang punya peran sentral.
Sunan Bonang pernah menaklukkan gerombolan perampok hanya dengan tembang. Begitu tembang dinyanyikan dan gamelan ditabuh, Kebo Ndanu –si pemimpin gerombolan itu- tak kuat lagi berdiri seperti kehabisan tenaga dan kehilangan keberanian. Ia pun mengaku bertobat dan menjadi murid Sunan Bonang setelah mengetahui bahwa dosa-dosanya bisa diampuni apabila ia bertobat dan meninggalkan perbuatan jahatnya.
Seorang Brahmana dari India pun ada yang menjadi murid Sunan Bonang. Awalnya Brahmana ini nglurug ke Tuban untuk beradu argumen keagamaan dengan Sunan. Tapi saat mendekati Tuban kapalnya terbalik akibat badai. Brahmana kehilangan banyak barang bawaan walau ia selamat.
Saat bertemu seorang lelaki berjubah dan bertongkat di pesisir Tuban, Brahmana ini menyapa dan mengadukan nasibnya. Lelaki berjubah ini pun menancapkan tongkatnya di pasir kemudian mengeluarkan buku-buku milik Brahmana dari dalam pasir setelah tongkat itu dicabut. Brahmana yang kemudian mengetahui bahwa lelaki berjubah itu adalah Sunan Bonang langsung takluk dan bersedia menjadi murid sang Sunan.
Sunan Bonang wafat di Pulau Bawean pada 1525. Sementara warga Bawean ingin Sunan Bonang dimakamkan di sana, warga Tuban punya keinginan yang berbeda. Ketika sejumlah murid mencuri jenazah sang Sunan dan memakamkannya di Tuban, jenazah yang di Bawean tetap ada. Sekarang makam Sunan Bonang ada di dua tempat, di Pulau Bawean dan di barat Masjid Agung Tuban.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar