sunan ampel |
Permaisuri yang merupakan putri Raja Campa menunjuk cucu Raja Campa sebagai guru. Ia adalah putra kedua pasangan Syekh Ibrahim Asmarakandi dengan Dewi Candrawulan. Syekh Ibrahim ayahnya, adalah ulama asal Samarkand, Asia Tengah, tempat lahirnya Imam Bukhari. Syekh Ibrahim Asmarakandi diangkat sebagai menantu Raja Campa setelah mengislamkan raja itu.
Guru Ali Rahmatullah sudah memperkenalkan Islam kepada Arya Damar, Raja Palembang pada 1440. Dalam lawatannya ke Jawa kali ini Rahmatullah didampingi ayahnya Syekh Ibrahim Asmarakandi serta kakaknya Sayid Ali Murtadho berikut sahabatnya Abu Hurairah.
Rombongan yang didatangkan raja Majapahit ini mendarat di Tuban dan memulai dakwahnya di sana. Di tempat ini Syekh Asmarakandi wafat, makamnya ada di desa Gesikharjo kecamatan Palang. Di Trowulan ibu kota Majapahit Ali Rahmatullah didaulat untuk mendidik moral. Untuknya disediakan tempat khsusus di Ampeldenta hingga beliau dikenal sebagai Sunan Ampel.
Ali Rahmatullah mendapat ijin untuk mengajarkan Islam di Majapahit walau raja sendiri tidak masuk Islam. Ali Rahmatullah akhirnya menikah dengan Nyai Ageng Manila, putri Tumenggung Arya Teja Bupati Tuban hingga mendapat gelar Raden sekaligus perlakuan sebagai keluarga kraton.
Saat berangkat menuju Ampel, rombongan Raden Rahmat melewati Krian, Wonokromo kemudian Kembang Kuning. Raden Rahmat memanfaatkan perjalanan ini untuk dakwah, dan membagikan kipas akar tumbuhan dengan syarat mengucapkan syahadat. Selain mendapat banyak santri, Raden Rahmat juga sempat membangun mushala sederhana di Kembang Kuning, delapan kilometer menjelang Ampel. Mushala ini kemudian berkembang menjadi Masjid Rahmat.
Di Ampel Raden Rahmat membangun masjid dan pesantren model Maulana Malik Ibrahim (Gresik). Dia mengadaptasikan ajarannya dengan hal-hal yang bersifat lokal seperti ''shalat'' disebutnya “sembahyang,” mushala dinamai ''langgar'' (mirip sanggar), serta murid disebut santri (mirip shastri -orang yang tahu buku suci Hindu).
Bangsawan maupun rakyat jelata bisa nyantri pada Raden Rahmat apapun mazhabnya. Penganut Hanafi ini toleran pada penganut mazhab lain dan membebaskan santrinya mengikuti mazhab apa saja hingga Ampel mendapat simpati. Raden Rahmat mengajarkan ''Moh Limo'' maksudnya tidak melakukan lima hal tercela meliputi main atau judi, mabuk, maling, madat, dan madon atau berzina. Inilah ajaran yang sesuai dengan problem moral yang dikeluhkan Sri Kertawijaya.
Di antara putra-putra dan santri Sunan Ampel yaitu Sunan Bonang (Makdum Ibrahim) dan Sunan Drajat (Raden Qosim). Seorang putrinya, Asyikah, ia nikahkan dengan muridnya, Raden Patah, yang kemudian jadi sultan pertama Demak. Dua putrinya dari istri yang lain, Nyai Karimah, ia nikahkan dengan dua muridnya. Dewi Murtasiah diperistri Sunan Giri dan Dewi Mursimah dinikahkan dengan Sunan Kalijaga.
Tak ada catatan pasti mengenai wafatnya Sunan Ampel. Babad Gresik menyebut 1481, Serat Kanda menyatakan 1406, dan sumber lain menunjuk 1478. Beliau dimakamkan di barat Masjid Ampel, dengan pagar baja stainless.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar