![]() |
pandawa |
Suatu ketika Pandawa mengadakan perjalanan bersama Kunthi, Sri Kresna serta Drupadi. Dalam perjalanan itu mereka bertemu seorang nenek yang menimba di sumur. Anehnya, setiap kali mendapatkan air selalu dituangnya kembali ke sumur yang sama. Ia melakukan hal itu terus-menerus seperti tanpa lelah, dibolan-baleni begitu lagi dan begitu lagi. Jalaran ingin tahu maksud pekerjaannya, Sri Kresna pun takon pada nenek –yang ternyata bernama Nyai Ruminta.
Nyai Ruminta mengaku sedang berusaha mengambil kembali hartanya yang dulu sengaja diceburkan ke dalam sumur. Nalika perang Baratayuda berlangsung ia sengaja nyingitake hartanya di sumur itu agar tidak dirampok Kurawa. Kini setelah perang berakhir ia akan njupuk balik hartanya, namun ternyata tak semudah yang pernah diduganya.
Sebagai janda yang mulai tua, pantas kiranya kalau ia minta Pandawa untuk mengangkat kembali harta yang klelep di sumur itu. Nyai Ruminta bahkan mengutuk Pandawa agar dihukum Tuhan manakala gagal memberikan bantuan.
Maka Sri Kresna pun mengutus Nyai Ruminta agar menghimpun orang sekampung. Saat mereka berkumpul, Sri Kresna memerintah mereka semua agar bahu-membahu mengisi sumur hingga airnya meluap. Benar saja, ketika air dari berbagai sumur disokake, sumur Nyai Ruminta pun mulai penuh dan akhirnya meluap, dan bareng dengan melubernya air keluar juga emas berlian dari sumur Nyai Ruminta. Sri Kresna pun mengutus Nyai Ruminta agar membagikan hartanya pada semua orang.
Sateruse Sri Kresna dan Bima kembali melanjutkan perjalanan, nguber saudara-saudaranya yang telah berjalan lebih dulu. Ketika perjalanan sampai di tepi samudra, Sri Kresna membuang pusaka sakti Sekar Wijaya Mulya, dan ajaib, di tempat jatuhnya pusaka tumbuh pohon Kastuba, bunganya tumbuh jadi Kembang Wijaya Kusuma, tutupnya tumbuh jadi umbi-umbian.
Saat perjalanan mereka sampai di desa Padapa, mereka menemui Anggira, bekas abdi Gardhapati raja Singala. Ia jadi korban perang Baratayuda yang tertolong oleh kebaikan dukun dari Soka. Kunthi menganugerahkan aji Pameling, Drupadi menehi pusaka Sumbul Musthika yang bisa menghasilkan makan-makanan. Bima ora keri memberikan aji Pagracut, dan Sri Kresna, Puntadewa, Arjuna, serta Nakula dan Sadewa melengkapinya dengan doa-doa keselamatan.
Ketika akhirnya tiba di desa Soka, rombongan Pandawa bertemu Kuda Prewangan. Karena Kuda Prewangan itu jelmaan Dhang Hyang Drona, Arjuna pun segera melepaskan panah. Jaran Prewangan itu pun musnah seketika dan terdengarlah suara Drona mengucap terimakasih. Sebaliknya karena marah, orang-orang Soka mengeroyok Pandhawa. Meski Pandawa tak melawan nyatanya mereka tidak mampu mengalahkanya. Bima pun minta maaf serta memberikan ajaran kepada orang Soka tentang pengabdian manusia di hadapan Tuhan.
Sri Kresna, Kunthi, Drupadi dan para Pandawa akhirnya menyelesaikan pemujaan berkeliling. Mereka pun kembali ke kerajaan Ngastina, dan Raja Parikesit beserta sanak saudaranya menjemput kedatangan mereka. Bima disambut isak tangis dua cucunya -Danurwenda dan Sasi Kirana. Bima memberi nasihat tentang hakikat kehidupan serta menghadiahkan aji Bandung Bandawasa, Ungkal Bener dan Blabak Pangantolantol kepada Danurwenda. Sedangkan gada
Lukitamuka dan tombak Wilugarba diberikannya kepada Sasi Kirana.
Kunthi, Drupadi, Nakula, Sadewa, Arjuna, Puntadewa dan Bima pun muksa dengan disaksikan para anak cucu. Kunthi berpakaian serba putih naik ke candhi Rukmi lalu bersemedi. Pemuksaan Kunthi ditandai dengan cahaya berbinar-binar menyambar Candhi Rukmi. Maka Sukma dan raga Kunthi pun muksa.
Sementara Drupadi, berpakaian serba putih naik ke Candhi Rukmi lalu bersamadi. Kemuksaannya ditandai sinar bundar seperti matahari berlubang berseri-seri. Sementara Nakula dan Sadewa bercuci diri di sungai Gangga, lalu mengenakan pakaian brahmana lantas masuk ke Candhi Sekar untuk bersemedi. Mereka muksa dengan ditandai tiupan angin topan.
Akan halnya Arjuna, mula-mula mandi di Sendhang Pangruwatan lalu mengenakan pakaian brahmana sebelum akhirnya masuk ke Candhi Sekar dan bersemedi. Arjuna muksa seolah-olah naik kereta cahaya ditarik seratus kuda dikemudikan dewa dan dipayungi bidadari.
Puntadewa bersama anjingnya naik ke Candhi Rukmi. Anjing Linggasraya itu pun berubah jadi dewa Darma setelah memberi tafsir Kalimsada. Dewa Darma kembali ke kahyangan, Dewa Indra menjemput Puntadewa dengan kereta cahaya. Puntadewa muksa bersama Dewa Indra.
Sri Kresna tidak akan muksa bersama Pandhawa karena berbeda amal baktinya. Atas saran Bima Sri Kresna bertapa di laut pasir tepian samudra. Maka Sri Kresna pun masuk ke Candhi Rukmi lalu pergi ke laut pasir untuk mencari kemuksaan. Sementara Bima masuk ke Candhi Sekar untuk bersemedi. Kemuksaannya ditandai suasana tenang dan sunyi.
Setelah para Pandawa muksa, raja Baladewa minta agar Candhi Rukmi dan Candhi Sekar dibakar segera. Parikesit, Baladewa, Patih Dwara, Patih Danurwenda dan sanak saudara berkumpul mendoakan para Pandhawa yang telah muksa.
Sebagai janda yang mulai tua, pantas kiranya kalau ia minta Pandawa untuk mengangkat kembali harta yang klelep di sumur itu. Nyai Ruminta bahkan mengutuk Pandawa agar dihukum Tuhan manakala gagal memberikan bantuan.
Maka Sri Kresna pun mengutus Nyai Ruminta agar menghimpun orang sekampung. Saat mereka berkumpul, Sri Kresna memerintah mereka semua agar bahu-membahu mengisi sumur hingga airnya meluap. Benar saja, ketika air dari berbagai sumur disokake, sumur Nyai Ruminta pun mulai penuh dan akhirnya meluap, dan bareng dengan melubernya air keluar juga emas berlian dari sumur Nyai Ruminta. Sri Kresna pun mengutus Nyai Ruminta agar membagikan hartanya pada semua orang.
Sateruse Sri Kresna dan Bima kembali melanjutkan perjalanan, nguber saudara-saudaranya yang telah berjalan lebih dulu. Ketika perjalanan sampai di tepi samudra, Sri Kresna membuang pusaka sakti Sekar Wijaya Mulya, dan ajaib, di tempat jatuhnya pusaka tumbuh pohon Kastuba, bunganya tumbuh jadi Kembang Wijaya Kusuma, tutupnya tumbuh jadi umbi-umbian.
Saat perjalanan mereka sampai di desa Padapa, mereka menemui Anggira, bekas abdi Gardhapati raja Singala. Ia jadi korban perang Baratayuda yang tertolong oleh kebaikan dukun dari Soka. Kunthi menganugerahkan aji Pameling, Drupadi menehi pusaka Sumbul Musthika yang bisa menghasilkan makan-makanan. Bima ora keri memberikan aji Pagracut, dan Sri Kresna, Puntadewa, Arjuna, serta Nakula dan Sadewa melengkapinya dengan doa-doa keselamatan.
Ketika akhirnya tiba di desa Soka, rombongan Pandawa bertemu Kuda Prewangan. Karena Kuda Prewangan itu jelmaan Dhang Hyang Drona, Arjuna pun segera melepaskan panah. Jaran Prewangan itu pun musnah seketika dan terdengarlah suara Drona mengucap terimakasih. Sebaliknya karena marah, orang-orang Soka mengeroyok Pandhawa. Meski Pandawa tak melawan nyatanya mereka tidak mampu mengalahkanya. Bima pun minta maaf serta memberikan ajaran kepada orang Soka tentang pengabdian manusia di hadapan Tuhan.
Sri Kresna, Kunthi, Drupadi dan para Pandawa akhirnya menyelesaikan pemujaan berkeliling. Mereka pun kembali ke kerajaan Ngastina, dan Raja Parikesit beserta sanak saudaranya menjemput kedatangan mereka. Bima disambut isak tangis dua cucunya -Danurwenda dan Sasi Kirana. Bima memberi nasihat tentang hakikat kehidupan serta menghadiahkan aji Bandung Bandawasa, Ungkal Bener dan Blabak Pangantolantol kepada Danurwenda. Sedangkan gada
Lukitamuka dan tombak Wilugarba diberikannya kepada Sasi Kirana.
Kunthi, Drupadi, Nakula, Sadewa, Arjuna, Puntadewa dan Bima pun muksa dengan disaksikan para anak cucu. Kunthi berpakaian serba putih naik ke candhi Rukmi lalu bersemedi. Pemuksaan Kunthi ditandai dengan cahaya berbinar-binar menyambar Candhi Rukmi. Maka Sukma dan raga Kunthi pun muksa.
Sementara Drupadi, berpakaian serba putih naik ke Candhi Rukmi lalu bersamadi. Kemuksaannya ditandai sinar bundar seperti matahari berlubang berseri-seri. Sementara Nakula dan Sadewa bercuci diri di sungai Gangga, lalu mengenakan pakaian brahmana lantas masuk ke Candhi Sekar untuk bersemedi. Mereka muksa dengan ditandai tiupan angin topan.
Akan halnya Arjuna, mula-mula mandi di Sendhang Pangruwatan lalu mengenakan pakaian brahmana sebelum akhirnya masuk ke Candhi Sekar dan bersemedi. Arjuna muksa seolah-olah naik kereta cahaya ditarik seratus kuda dikemudikan dewa dan dipayungi bidadari.
Puntadewa bersama anjingnya naik ke Candhi Rukmi. Anjing Linggasraya itu pun berubah jadi dewa Darma setelah memberi tafsir Kalimsada. Dewa Darma kembali ke kahyangan, Dewa Indra menjemput Puntadewa dengan kereta cahaya. Puntadewa muksa bersama Dewa Indra.
Sri Kresna tidak akan muksa bersama Pandhawa karena berbeda amal baktinya. Atas saran Bima Sri Kresna bertapa di laut pasir tepian samudra. Maka Sri Kresna pun masuk ke Candhi Rukmi lalu pergi ke laut pasir untuk mencari kemuksaan. Sementara Bima masuk ke Candhi Sekar untuk bersemedi. Kemuksaannya ditandai suasana tenang dan sunyi.
Setelah para Pandawa muksa, raja Baladewa minta agar Candhi Rukmi dan Candhi Sekar dibakar segera. Parikesit, Baladewa, Patih Dwara, Patih Danurwenda dan sanak saudara berkumpul mendoakan para Pandhawa yang telah muksa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar